About

Senin, 07 Februari 2011

MALU TAPI MALU

Malu adalah akhlak terpuji yang diwariskan para Nabi.
Karena itu, bagi mereka yang mengaku sebagai umat para
Nabi, seharusnya memiliki sifat malu. Malu merupakan
sikap mencegah diri dari perilaku tidak terpuji karena
takut akibat yang muncul kemudian. Rasulullah SAW
bersabda, ''Bila engkau tidak malu, maka berbuatlah
semaumu.'' (HR Bukhari).

Artinya, jika manusia tidak memiliki rasa malu, maka
lakukanlah sekehendakmu karena Allah SWT akan
memberimu siksa yang pedih. Allah SWT sangat
mengetahui apa yang kita lakukan, apakah untuk
kemaslahatan umat atau untuk kepentingan dan
kesenangan pribadi. ''Lakukanlah apa yang kamu
kehendaki. Sungguh Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.'' (QS Fushshilat: 40). Seseorang yang
memiliki rasa malu akan berat melakukan perbuatan
tidak terpuji dan dibenci Allah SWT.

Bagi Mukmin laki-laki maupun wanita seharusnya rasa
malu ini dimilikinya, sebagai bukti ketaatan kepada
Allah SWT. Ia malu untuk berdusta, malu untuk membuka
auratnya yang memang tidak pantas untuk dikonsumsi
oleh banyak mata yang melihat. Allah SWT telah memberi
karunia kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Di antara karunianya adalah menyediakan
bahan pakaian sebagai penutup aurat dan menambah
keindahan lahiriah dan perhiasan.

Fungsi pakaian yang utama adalah sebagai penutup
aurat. Ali bin Abi Thalib selalu berdoa setiap akan
berpakaian. ''Segala puji bagi Allah yang
menganugerahkan kepadaku perhiasan yang kugunakan
untuk bergaya dan menutup auratku. Beliau berkata
mendengar ungkapan itu dari Rasulullah SAW ketika
berpakaian. (HR Ahmad).

Begitu jelasnya batasan mengenai aurat, tentu tidak
perlu lagi diperselisihkan. Pornografi dalam
ensiklopedi Inggris disebutkan sebagai karangan,
gambar, tayangan tentang hal-hal yang kotor dan tidak
sopan yang merangsang syahwat dan mendorong dipuasi
dengan cara apa saja. Jangan kita butakan mata hati
menepis banyaknya perkosaan terjadi akibat pengaruh
pornografi.

Malu juga terkait dengan menceritakan sesuatu yang
tidak pantas diketahui publik dan sebagainya. Rasa
malu akan membentuk kesucian diri (iffah) hingga ia
mampu menghindari perbuatan buruk. Seseorang yang
tidak mempunyai rasa malu (waqahah) akan mendorong
untuk melakukan kejahatan dan tidak peduli akan
cercaan.

Akibatnya, ia akan melakukan perbuatan tercela secara
berani dan terang-terangan. Ia tidak malu lagi kepada
Allah SWT, apalagi kepada manusia. Selaku umat yang
beriman, marilah kita latih dan membiasakan budaya
malu. Dengan maksud agar martabat sebagai makhluk yang
dimuliakan Allah SWT tetap terjaga. Dan jika setiap
kita memiliki rasa malu, insya Allah bangsa tercinta
ini akan dihargai oleh segenap warga dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar