About

Jumat, 04 Maret 2011

Ujian Hidup untuk lebih Mulia

Kata orang, hidup ini layaknya roda kehidupan. Kadang
berada di atas, kadang berada di bawah. Ada pula yang
bilang hidup ini seperti ombak di pantai. Kadang
tenang, namun tak jarang pula menghantarkan gelombang
yang begitu kencang. Apa pun perumpamaan manusia
terhadap kehidupan ini, intinya adalah hidup ini
takkan setenang air di dalam kolam. Akan ada
goncangan-goncangan, hambatan-hambatan, dan
ujian-ujian yang bermacam-macam bentuknya.
Dulu kita merasa kaya kemudian oleh Allah di uji dengan
Kemisknan.

Terkadang manusia seringkali merasa tidak mampu untuk
menghadapi cobaan-cobaan hidup. Bahkan banyak pula
yang tak menyadari bahwa semua nikmat dan semua ujian
itu hanya berasal dari satu sumber. Semua itu berasal
dari pemilik seluruh jiwa-jiwa manusia dan penguasa
seluruh hati-hati manusia, yaitu Allah, Sang Maha
Kuasa. Parahnya, ada juga yang menyesali diri sendiri,
menganggap nasib diri terlalu sial, sehingga tak
pernah mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.

Mungkin anda pernah dengar cerita sebuah cangkir
cantik yang dipajang di sebuah etalase toko. Sebelum
berada di sana, ia hanyalah seonggok tanah liat yang
sama sekali tidak dihiraukan orang. Kemudian seorang
pengrajin mengambil dirinya, membentuk tanah liat itu,
kemudian membakarnya di dalam perapian. Sang tanah
liat sempat marah dan benci terhadap perlakuan yang
diterimanya. Ia harus menahan sakit dan kepanasan. Tak
sampai di situ, ia harus rela dicat dengan berbagai
warna, kemudian dibakar lagi. Segala macam perlakuan
sungguh tidak mengenakkan baginya. Namun apa yang
terjadi, setelah semua proses selesai, sang tanah liat
mendapati dirinya telah menjadi sebuah cangkir cantik.
Ia bukan lagi seonggok tanah liat yang bau, tapi ia
telah menjadi sosok baru dan tentu saja lebih baik. *

Mungkin kita sebagai manusia, seringkali berpikir
seperti tanah liat tadi. Ujian-ujian yang mendatangi
di setiap detik kehidupan selalu ditanggapi dengan
ketidaksabaran, keluh kesah, dan ketidakikhlasan. Tak
jarang mungkin di antara kita merasa terlalu dibebani
dengan amanah-amanah, merasa hanya diri sendiri yang
diberi ujian, sedang orang lain bisa bersenang-senang,
dan ada juga yang justru berhenti dan tidak mau lagi
berbuat karena merasa terlalu lelah, fatigue, dan
kecewa. Belum lagi kondisi lingkungan, keluarga, dan
teman-teman yang seringkali cuek, tidak perduli, dan
sibuk dengan urusan masing-masing.

Tapi cobalah kita lihat kisah si gelas cantik tadi.
Lihatlah, betapa setelah semua proses berlalu,
seonggok tanah liat telah menjadi sebuah gelas cantik.
Betapa indahnya perubahan itu. Saat ini anda mungkin
sedang diuji berbagai macam masalah, mulai dari
masalah di keluarga, orang tua, teman-teman, tempat
kerja, bahkan amanah dakwah sekalipun, tapi percayalah
bahwa Allah sedang membentuk anda. Bisa jadi anda
tidak menyukai bentukan itu, tapi anda harus sabar.
Bukankah selalu ada kemudahan setelah kesusahan?
Ingat, awan tak selamanya mendung, sekali waktu ia
akan cerah berawan menaungi langit. Bahkan angin topan
pun tak selamanya meniupkan angin kencangnya, pada
waktunya ia akan tenang dan reda kembali.

Dulu, seorang teman pernah bilang, kalau merasa diri
sedang mendapatkan ujian yang begitu berat, berbaik
sangkalah kepada diri sendiri dan kepada Allah. Ingat
bahwa Allah selalu menurut persangkaan hamba-Nya.
Anggap saja saat diuji dengan berbagai masalah, anda
sedang dalam masa ujian layaknya anak sekolah. Untuk
bisa naik tingkat, harus ada ujian untuk menguji
kesiapan. Makin tinggi tingkat, makin tinggi pula
level kerumitan ujian yang diberikan. Percayalah,
kalau anda berhasil menghadapi ujian ini, anda akan
berhasil naik tingkat di mata Allah, menjadi mukmin
sejati. Allah tidak akan memberikan suatu ujian sesuai
dengan kemampuan hamba-Nya. Kalau Allah saja yakin
kita mampu, masa kita sendiri tidak yakin dengan
kemampuan diri?

Buat saudara-saudaraku yang saat ini sedang diuji oleh
Allah, apapun bentuk ujian itu, bergembiralah dan
bersabarlah. Bergembira karena ujian berarti Allah
masih peduli dan sayang kepada kita, untuk itu ia
memberikan ujian agar kita lebih kuat, lebih bijak,
dan lebih mulia. Allah ingin kita menjadi lebih baik
di hadapan-Nya. Setelah itu, bersabarlah karena
sesungguhnya kesabaran akan membuahkan ketenangan
jiwa, kekuatan hati, dan sungguh Allah selalu bersama
orang-orang yang sabar. Bersabarlah, karena Allah
tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang beriman, justru
manusia lah yang seringkali meninggalkan sang
penciptanya.

Apakah yang diperoleh orang-orang yang telah
kehilangan Allah dari dalam dirinya? Dan apakah yang
harus dicari oleh orang-orang yang telah menemukan
Allah di dalam dirinya? Sungguh antara yang pertama
dan kedua tidak akan pernah sama. Orang kedua akan
mendapatkan segalanya, dan orang pertama akan
kehilangan segalanya. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar