About

Kamis, 03 November 2011

Jangan Mempersulit Diri


Seorang teman saya bercerita tentang sebuah perjalanan hidupnya. Ketika ia akan menikah, satu minggu sebelum hari Ijab Qabul dilaksanakan. Dia mendapat hadiah dari kantornya dimana dia kerja. Hadiah yang tak kan pernah dia lupa sepanjang hidupnya. Yaitu sebuah pemecatan dari tempat dia bekerja. Tak pernah terbayangkan sedikit pun sebelumya dia akan dipecat. Rasanya dunia ini akan runtuh menimpa dirinya, kakinya lemas bukan main ketika mendengar pemecatan dirinya, pulang ke rumahpun rasanya berat untuk melangkah. Yang ada didalam pikiran dia adalah bahwa rasa malu yang sangat mendalam terhadap keluarganya. Apa yang harus dia katakan kepada keluarganya, apa yang harus dikatakan kepada calon isterinya dan calon mertuanya. Apakah managernya tidak mengetahui bahwa satu minggu lagi dia akan menikah. Sedih, terpukul, sakit, semuanya bercampur aduk. Bukan kado terindah yang dia dapat dari kantornya untuk pernikahnnya, namun sebuah kado kenyataan pahit.

Ijab qabul pun tetap dilaksanakan, dia pun menikah. Satu, dua, tiga bulan dia bahagia merasakan rasanya menikah. Namun setelah lamanya satu tahun, permasalahan bermunculan. Dia masih menjadi pengangguran, sedangkan isterinya banting tulang mencari nafkah. Maka malu menjadi masalah bagi dirinya, jarang bergaul dengan masyarakat sekitar. Waktunya banyak dihabiskan dirumah. Dan berdiam diri dikamar. Maka datanglah depresi menggelayuti pikirannya. Pesimis dan putus harapan yang dia rasakan.

Maka setiap ada lowongan pekerjaan, dia akan selalu membandingkannya. Dia selalu membandingkan dengan pekerjaan yang dulu, dengan gaji yang besar, fasilitas yang lengkap, dan kesejahteraan yang cukup. Terus berpikiran seperti itu.

Waktu pun bergulir dengan cepat. Isterinya pun akhirnya hamil. Dengan kehamilan isterinya dia merasa tersadarkan. Rasanya sudah cukup dengan semua keadaan ini, dia pun bangkit dengan semua rasa penyesalan yang ada. Dengan semua keterlambatan yang dia buat. Akhirnya dia pun mencoba melamar pekerjaan lagi kesana-kemari. Walau terkadang ada penyesalan, mengapa dia tidak sejak dari dulu dia melamar pekerjaan, mengapa dia selalu mempersulit semua ini, mengapa tidak menyederhanakan, mengapa dia terlarut dengan masalahnya, mengapa, mengapa dan mengapa!!!..

Dari cerita teman saya di atas, andaikan kita mau jujur, sesungguhnya kita ini paling hobi mengarang, mendramatisasi, dan mempersulit diri. Kita belum apa-apa sudah berpikiran jelek dan berprasangka buruk. Sebagian besar penderitaan kita adalah hasil dari sebuah dramatisasi perasaan dan pikiran kita sendiri. Selain tidak pada tempatnya, pasti ia juga membuat masalah akan menjadi lebih besar, lebih seram, lebih dahsyat, lebih pahit, lebih gawat, lebih pilu, lebih sedih, lebih sakit dari pada kenyataan yang sebenarnya. Tentu pada akhirnya kita akan lebih nelangsa, lebih repot di dalam menghadapinya atau mengatasinya. Dan membuat pikiran kita mandeg sehingga tak bisa berbuat apa-apa.

Maka, di dalam menghadapi persoalan apa pun jangan hanyut tenggelam dalam pikiran yang salah. Maunya permasalahan itu cepat-cepat berakhir tanpa ada usaha dari diri kita. Kita harus tenang, meguasai diri seraya merenungkan janji dan jaminan pertolongan Allah. Bukankah kita sudah sering melalui masa-masa yang sangat sulit dan ternyata pada akhirnya bisa lolos? Lalu mengapa kita sekarang tidak bisa seperti itu.

Yakinlah bahwa Allah yang maha tahu segalanya pasti telah mengukur ujian yang menimpa kita sesuai dengan dosis yang tepat dengan keadaan dan kemampua kita.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, dan sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan (QS. Al-Insyirah:5-6).

Sampai dua kali Allah menegaskan janjiNya. Tidak mungkin dalam hidup ini terus menerus mendapatkan kesulitan karena dunia bukanlah neraka. Demikian juga tidak mungkin dalam hidup ini terus-menerus memperoleh kelapangan dan kemudahan karena dunia bukanlah surga. Segalanya akan ada akhirnya dan dipergilirkan dengan keadilan Allah Swt.

-Harrys-


@terima kasih untuk temanku -D- yang telah berbagi cerita hidupnya kepada saya…ternyata kita seperjuangan..hehe…nogiveupmyfriend-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar