About

Kamis, 03 Februari 2011

sang PEJUANG KEHIDUPAN

Diakah ASEP GUMILAR WIDI MULYADI…?
Hari ini adalah hari tahun baru Imlek yang jatuh pada tanggal 3 Februari dan menjadi libur nasional. Jalanan pun sepi dari hilir mudik rutinitas anak sekolah dan para pekerja yang setiap hari aku lihat dari balik jendela kamarku. Namun hari ini adalah hari dimana aku dipanggil untuk tes wawancara kerja. Perasaan yang tidak karuan semenjak kemarin sore, memikirkan semua tanda Tanya dalam wawancara nanti.Terbesit juga dalam hati, mengapa harus waktu libur saya interviewnya?.
Bus Pangalengan-Bandung pun melintas di hadapan saya. Segera saja saya melambaikan tangan untuk memberhentikan Bus itu. Kemudian saya pun masuk kedalam, dan memilih tempat duduk dekat pintu keluar. Saya pun tidak heran dengan banyak kursi yang kosong, karena hari ini adalah tanggal merah. Dimana semua orang diam dirumah mengisi liburannya. Biasanya Bus ini dijejali oleh anak sekolah, karyawan pabrik, pedagang, mahasiswa, bahkan kuli bangunan. Karena ongkosnya yang lebih murah dibanding dengan angkot. Saya pun duduk dengan nyaman karena kursi disamping tidak terisi. Segera saja saya baca catatan kecil yang saya buat kemarin malam, hanya sekedar untuk mengingatkan jikalau materi ini muncul nanti ketika interview.
Rasa ngantuk bercampur pusing dan mual mulai terasa. Ini mungkin karena efek dari sarapan yang sedikit tadi pagi. Saya pun melihat kedepan, karena kebetulan didepan ada Televisi kebetulan yang diputar adalah CD lagu Darso.hehe.. namun betapa kagetnya ketika saya melihat seorang laki-laki bertopi yang kebetulan duduk diseberang samping kursi saya. Tatapanku langsung menuju orang itu sambil mengamati wajah dari orang itu. Dia memakai jaket berwarna coklat, dan memakai celana katun warna abu-abu. Jantungku terasa berhenti karena begitu miripnya dengan seseorang yang saya kenal. Karena pakaian dan celananya familiar sekali dan sering dipakai oleh seseorang yang saya kenal ini. Yang lebih takjub lagi orang ini memakai kacamata pula. Tubuhnya tinggi kurus, mungkin usianya sekitar 20-23 tahunan. Orang ini sibuk mendengarkan musik dari HPnya dengan earphonenya, sambil sesekali membuka sms yang masuk. Saya pun terus memandang orang itu, karena begitu penasaran dengan gerak-geriknya. Sama persis seperti seseorang yang saya kenal. Bibir tipisnya sesekali bergerak mengikuti irama lagu. Orang itu tunduk terus seakan tidak menyadari bahwa semenjak dari tadi saya mengamati dia.
Dan tahukah bahwa orang yang mirip dengan orang itu adalah saudara sepupu saya yaitu ASEP GUMILAR WIDI MULYADI.
Ingin rasanya saya menyapa dan memeluknya jikalau dia benar-benar seorang Asep saudaraku.. untuk mengisi kekangenan kepadanya. Tidak tahu mengapa dengan orang itu, karena saya melihat sosok orang itu seakan-akan melihat asep waktu dahulu. Dan saya pun tersenyum simpul melamun membayangkan seorang Pejuang Kehidupan menyusuri dinginnya pagi dan panasnya aspal disiang hari dengan sepeda BMX kesayangannya. Tak pernah ada kata lelah dan putus asa dalam dirinya, namun yang ada hanya kata Optimis untuk hari itu. Malam pun terus berlanjut, namun sang pejuang kehidupan belum selesai. Dia terus memanggil secarik penghidupan buat keluarganya.. Dengan mamakai jaket coklat dan memakai topi untuk menutupi kedinginannya di malam itu, dia datang menghampiriku dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya. Peluhnya menetes di balik kacamatanya, saya tahu dia kayanya sangat lelah sekali. Saya pun menyuruhnya untuk masuk kedalam rumah. saya pun memintanya untuk tidur dirumahku saja. sebelum tidur biasanya kami mengobrol tentang keluarga, perjalanan hidup, tentang bisnis, dan bahkan kami sering berdiskusi tentang masalah agama. Kadang kami meributkan sesuatu yang kadang kurang dimengerti oleh kita berdua. Mungkin karena dia alumni pesantren sedangkan saya yang cuma lulusan Sma sehingga kadang-kadang pikiran kita suka bertolak belakang. Namun dia pun mengerti dengan keterbatasan ilmu agama saya.
Tak ada habisnya cerita seorang Asep Gumilar Widi Mulyadi sang pejuang kehidupan. Tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya namun yang ada semangat berjuang untuk hidup. Mengayuh sepedanya dari banjaran ke bandung untuk mencari setetes Ilmu yang diberikan dosennya. Sayapun terenyuh melihatnya, ada sebuah motivasi dalam dirinya yang begitu kuat sehingga tak ada halangan bagi dirinya untuk terus berjuang menghadapi kerasnya dunia kehidupan. Dan sekarang saya mengikuti jejakmu saudaraku..!
Tahukah engkau wahai sang pejuang kehidupan? Begitu banyak pengalaman yang kau berikan kepadaku dan begitu banyak ilmu yang kau sumbang tanpa kau sadari. Namun dengan keegoisanku terkadang saya lupa bahwa engkau memberi sebuah pelajaran hidup yang berarti waktu itu kepadaku. Sering aku marah, cemberut, menggerutu, sinis, ngeyel, membuang muka dan menjauh ketika engkau memulai untuk bercerita tentang sebuah teka-teki agama. Itu semua kulakukan karena keterbatasanku dalam wawasan keislamanku. dan saya tahu sekarang bahwa buah dari itu semua adalah kau mengajarkan ku arti pentingnya sebuah ilmu.
“Ketika senyummu tak terbalas, Allah telah menghitung manisnya senyummu saat sapaanmu tak terjawab. Allah tak kan lupa berapa kata yang kau ucap. Saat ajakanmu tak terpenuhi, lelahmu takkan tertinggal dicatat Raqibnya. Ketika kau menangis atas perihnya perjuanganmu Allah takkan lalai menghitung berap tetes air matamu.”(sms dari mu, 200410)
Saya pun bersyukur sekali memiliki seorang saudara sepupu sekaligus sahabat. Dari kecil sampai sekarang. Dan bodohnya saya, yang tak pernah bisa mengucapkan terima kasih untukmu waktu itu. Dan inilah saatnya kuucapkan beribu Terima Kasih kepada sang pejuang kehidupan, kau memberikan sebuah pelajaran berarti yang tidak bisa didapat dari seorang guru disekolah, seorang dosen di perkuliahan, bahkan seorang profesor pun.
Airmata ini pun tergantikan dengan kebahagiannmu disana, menjadikanku tersenyum kembali melihatmu mengukir sebuah perjuangan.
“Disini kita pernah bertemu mencari warna seindah pelangi ketika kau mengulurkan tanganmu membawaku kedaerah yang baru dan hidupku kini ceria” (Brother).
Do’a ku semoga kau tetap menjadi seorang pejuang kehidupan yang sederhana. Dan semoga Allah Swt membalas semua kebaikanmu dan keluarga kepadaku. amin
Aku mengakhiri lamunanku ketika Bus sudah sampai di Bandung…dan masih tetap kupandangi orang itu sampai kuturun….



-harrys-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar