About

Kamis, 30 Juni 2011

ITB dan Sisir



Waktu itu saya mengantar seorang teman mau mengikuti acara silaturahmi. Rencananya dia mau reunian teman-teman SMAnya disekitar kampus ITB, tau sendirilah sekitar ITB ada apa aja. Tentunya ada Kebun Binatang, tukang delman, Masjid Salman dan tentunya Taman Ganesha. Eitss! ada yang kurang satu yaitu akhwat-akhwat yang berlalu lalang disekitar kampus..(haha..dasargenit). Saya tidak tahu tempatnya dimana dia janjian sama teman-temannya, namun yang pasti saya ikut ajalah sama teman saya yang tahu acaranya.

Dimulai dengan membaca basmallah, do’a berkendaraan dan tentunya berdoa semoga tidak ada rajia oleh Polisi karena SIM saya dah mati ga berlaku..hehe, maka gas pertama saya tancap dengan pelan. Bremmmm. Ada perasaan was-was dalam diri saya dalam perjalanan kali ini, karena kebetulan saya yang mengendarai jadi saya berharap-harap cemas ketika ada seorang Polisi pengatur lalu lintas ada diseberang jalan. Entahlah perasaan itu sulit hilang, karena saya takut ketahuan. Pokoknya jadi skeptislah. Namun dalam hati ini tertanam prinsip 5Y yaitu yakin, yakin, yakin, dan yakin tidak ada rajia Poisi,hehe. maka perasaan itu pun hilang berlalu.

Maka sampailah saya disekitar ITB tepatnya didepan masjid Salman. Karena teman-temannya belum pada datang, maka teman saya itu berniat mau ke masjid dulu. Untuk membersihkan mukanya dari debu-debu jalanan yang menempel. Ga tau tah ada niat lain, atau bisa juga dia itu ngeceng akhwat-akhwat yang ada disekitar Salman..hahah. Tapi jujur nih, perasaan ko jarang sekarang akhwat jilbabers berlalulalang disekitar Salman, apa sudah pada ditelan bumi gitu!.hehe. Beda dengan waktu dulu yang banyak menjamur. Saya pun menunggu teman saya didepan Salman. Sambil menunggu, saya melihat-lihat pemandang di sekitar kampus ITB yang sangat teduh ini. Mata saya pun tertuju kepada dua orang mahasiswa yang sedang memainkan bola Rugby. Ga tau kan apa itu Rugby? Itu olah raga dari Amrik sana yang bolanya lonjong seperti biji pala. Saya baru pertama kali melihat olah raga ini.

‘Ternyata lama juga teman saya ke masjidnya. Mungkin shalat dhuha dulu, biasa! namanya juga mujahid cinta tetap harus terjaga imannya.hehe.. kemudian telinga saya mendengar suara yang menenangkan hati saya, yaitu suara gamelan jawa. Dan ternyata sejumlah mahasiswa sedang memainkan gamelan lengkap dengan semua teman-temannya seperti saron, gong dan kendang. Mereka memainakn degung sunda karya Mang Koko, dan sesekali mereka memainkan musik abstrak dengan irama dan tempo yang sangat cepat namun tetap enak untuk didengarkan. Dan yang menjadi perhatian saya adalah para pemainnya yang kebanyakan mahasiswa bermata sipit dan berkulit putih seperti keturunan china gitu. Dan kemanakan mahasiswa-mahasiswa yang dari sundanya? Mungkin sudah bosan kali ya, mempelajari seni budaya sunda.hehe.

Datanglah teman saya dari arah depan masjid Salman. Dengan wajah yang sekarang sudah lebih segar, baju kemeja yang rapih, celana bahan yang bersih dan tentunya sapatu yang mengkilap abis disemir..haa. Namun teman saya itu ada suatu kebiasaan yang sering dia lakukan, yaitu menyisir rambut. Dan yang menjadi permasalahan adalah teman saya ini belum Percaya Diri kalo belum menyisir rambutnya sesudah mandi ataupun wudhu. Makanya dia selalu membawa sisir kecil disaku celaananya kemanapun. Dan kali ini dia lupa membawa si bedog cintanya(sisir) kedalam sakunya. Maka jadilah pencarian sisir disekitar Salman. Maka dia pun berinisiatif meminjam sisir kepada orang yang sedang duduk-duduk di depan salman.
“Pa punten, punya sisir”, kata teman saya.
“maaf saya mah jarang pake sisir, orang botak gini”. Jawab si bapa.
Dan ternyata yang ditanya oleh teman saya itu adalah bapa-bapa yang botak kepalanya…hahah..wkwkwkwkw. saya tertawa nyengir gara-gara ulah teman saya ini. Pengennya terbahak-bahak, tapi ga enak sama teman saya euy,,hehe.
Pencarian sisir belum selesai sampai disitu, teman saya itu beranjak ke penjual yang ada di sekitar Salman, tau sendiri kan pedagang apa yang ada disekitar situ. Dari mulai dari tukang VCD-DVD program komputer, tukang makanan, tukang baso, siomay, tukang rokok, dan lain-lain. Hasilnya nihil kawan! Ga da satupun yang menjual sisir. Ya iya…atuhh. Dia tanya ga ya sama penjual DVD itu?hehe.

Maka kami pun beranjak disekitar salman mendekati Kebonbin tepatnya didepan sebuah bank. Saya menunggu disitu, kemudian saya lihat dari kejauhan ada sebuah warung. Saya pun memberi tahukan teman saya supaya menanyakan sisir ke warung itu. Maka dengan wajah bahagia di menuju kesana. Namun apa yang saya lihat diluar dugaan saya, teman saya malah menanyakan bedog cinta(sisir) ke tempat foto copy..OMG oh my god, ya Tuhan.hahah..wkwkwkwk. ga kebayang itu tukang foto copynya menjawab apa, ketika teman saya nanya, “mang disini ada sisir gak?”. Wow!!!! Memang Sungguh berani teman saya itu..haha. kalaupun ada sisir itu dijual di tempat fotocopy..Amazing banget deh. Rasanya saya harus memberi penghargaan setinggi-tingginya buat tukang fotocopy. Karena telah menyelamatkan teman saya dari ketidakpedean. Hehe.

Dan setelah menanyakan ke tukang foto copy, dia malah mencari kebelakang tempat ftcpy itu, yang notabene adalah rumah warga sekitar. Sedangkan warung yang saya rekomendasikan luput dari penglihatan dia. Padahal warung itu berada disebelah tempat foto copy. Namun saya ga tahu apa yang ada dipikiran teman saya itu. Yang jelas dia mungkin ada rasa deg-degan bercampur aduk dengan perasaan grogi. Karena mau bertemu dengan teman-temannya yang sudah lama tidak bertemu ini. Sehingga pikirannnya sudah jauh kearah sana.hehe. Dan tidak berapa lama datanglah ia disebelah tempat foto copy itu dengan hasil nihil.. kemudian saya menunjuknya ke warung didekat samping tempat tukang foto kopi. Dan setelah pencarian sebuah sisir yang sangat melelahkan (lebay.hehe). Ternyata dapat juga sebuah sisir kecil yang menawan buat memperindah rambut teman saya diwarung itu.

Disisirlah rambut teman saya itu, sambil melihat ke kaca spion motor. Dengan gaya rambut seperti gaya John Travolta di era 80-an, rasanya sudah kembali rasa percaya diri teman saya itu di dalam sanubarinya. Karena sesudah itu datanglah teman-temannya dari arah Kebon Binatang.

-harrys-

*maafkan temanku karena telah mendramatisir cerita ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar