Kalau jujur mau mengakui, di Indonesia ini
banyak orang-orang aneh. Lihatlah kelakuan media-media yang kini gencar
menyerang FPI. Mereka itu kelihatan pintar, intelektual, cerdas; tetapi
moralitasnya ambruk. Sayang, sangat disayangkan sekali. Nas’alullah al ‘afiyah
fid dunya wal akhirah.
Sudah jelas-jelas beberapa hari kemarin,
saat kunjungan ke Kalimantan Tengah, beberapa tokoh FPI nyaris menjadi sasaran
amuk massa dan
pengepungan komunitas-komunitas Dayak anarkhis. Buktinya, DPP FPI melaporkan
Gubernur dan Kapolda Kalteng ke mabes Polri untuk beberapa tuduhan sekaligus.
Salah satunya, upaya pembunuhan pimpinan FPI.
Tapi aneh bin ajaib. FPI yang jadi korban,
FPI juga yang dihujat. Dalam demo di Bundaran HI, Ulil Abshar dan kawan-kawan
menyerukan agar FPI dibubarkan. Media-media massa , termasuk MetroTV dan TVOne, tidak
segan-segan memberi CORONG GRATIS kepada siapa saja yang anti FPI, dengan
tentunya -seperti biasa- mereka tinggalkan etika Cover Both Side. Kompas malah
sangat kacau (kalau tidak disebut rusak nalar), media itu mengutip pernyataan
Din Syamsuddin yang katanya menolak ormas anarkhis. Padahal dalam perkataan
Din, tidak ada pernyataan ormas anarkhis.
Paling parahnya, SBY juga ikut-ikutan
menyudutkan FPI. Dia meminta agar FPI instropeksi diri. Orang ini aneh sekali.
Masalah hukum soal “ancaman pembunuhan” tokoh-tokoh FPI belum dia bahas, malah
sudah meminta FPI instropeksi diri. Hal begini ini kan sangat kelihatan kalau kasus FPI itu
sebagai pengalihan isu, ketika Partai Demokrat sedang dilanda “Tsunami Besar”
akibat kasus-kasus korupsi yang melibatkan elit-elit mereka. Kita mesti ingat,
di masa-masa sebelum, setiap ada masalah besar menimpa Pemerintah SBY, selalu
saja ada “jalan keluar” berupa kasus-kasus terorisme, kerusuhan agama, dan
lainnya.
Nah, disinilah kita saksikan betapa anehnya
kelakuan orang-orang Indonesia .
Sudah tahu, mereka itu sakit dan banyak menanggung penyakit. Bukannya berobat
atau menahan diri, agar sakitnya tidak semakin parah. Malah mereka semakin
menghujami dadanya dengan belati tajam, untuk menghancurkan dirinya sendiri.
Aneh…aneh…tidak waras!
Kalau dicermati, tampak adanya KAITAN antara
insiden di Palangkaraya, respon media-media massa yang begitu cepat, gerakan demo anti
FPI dipimpin oleh seorang tokoh Partai Demokrat, serta pernyataan SBY. Semua
elemen-elemen ini tampaknya saling berkaitan satu sama lain, menggarap isu FPI,
dalam rangka mengalihkan perhatian masyarakat dari bencana korupsi yang kini
sedang menimpa jajaran elit Partai Demokrat.
Kalau dianalisis lebih dalam, kita bisa
melihat adanya model skenario yang KEMUNGKINAN dijalankan, untuk menjebak FPI
dalam pusaran kasus sosial; lalu kasus itu dipakai untuk tujuan-tujuan politik.
Pertama, FPI diundang datang ke Kalteng
untuk membela masyarakat yang katanya dizhalimi oleh Gubernur Kalteng. Mengapa
FPI ingin dilibatkan? Karena FPI secara gagah berani membela warga Mesuji,
Lampung. Kasus Mesuji itu bisa menjadi titik peluang untuk mengundang FPI ke
Kalteng.
Kedua, ketika di Kalteng, pihak Gubernur
sudah menyiapkan penyambutan bagi tokoh-tokoh FPI yang akan datang. Menurut
informasi, gerakan massa
dimulai dari kantor Gubernur Kalteng. Aneh sekali, kantor negara dipakai untuk
merencanakan gerakan-gerakan anarkhis.
Ketiga, terjadi insiden di lapangan udara
Palangkaraya, berupa penolakan dan pengepungan pesawat oleh massa anarkhis, dengan membawa senjata tajam
dan mengeluarkan kata-kata makian. Alhamdulillah, tidak ada satu pun tokoh FPI
yang cidera secara fisik. Insiden terjadi lagi saat tokoh-tokoh FPI singgah di Banjarmasin .
Keempat, sebelum insiden terjadi pihak FPI
sudah mencium ada gelagat tidak beres di Kalteng. Dan lebih mengherankan lagi
ketika Kapolda Kalteng angkat tangan, tidak mau tanggung-jawab kalau
tokoh-tokoh FPI tetap datang ke Kalteng. Hal ini membuktikan, bahwa ada
SKENARIO BESAR yang tak sanggup dihadapi oleh Kapolda Kalteng.
Kelima, setelah terjadi insiden Kalteng,
para aktivis LIBERAL dan KOMPRADOR di Jakarta sudah menyiapkan demo untuk
menggugat FPI. Media-media massa
sudah siap “nampani” amanah untuk menggebuk FPI dari sisi opini media. Kompas,
Detik.com, MetroTV, TVOne, Kantor Berita Antara, dll. sudah siap untuk
memanaskan situasi. Mereka lupa sama sekali dengan kenyataan, bahwa tokoh-tokoh
FPI hampir habis dikeroyok komunitas Dayak anarkhis.
Keenam, sebagai bagian dari skenario ini
ialah pernyataan SBY yang meminta agar FPI instropeksi diri. Ditambah lagi
pernyataan Mendagri Gamawan Fauzi, bahwa ormas anarkhis bisa dibekukan.
Hal-hal seperti di atas bisa dibaca secara
terpisah-pisah, bisa juga dibaca sebagai sebuah kesatuan skenario, demi
menjatuhkan FPI dan mencapai target politik tertentu. Lagi pula hal-hal
demikian sudah sering terjadi. Saat kapan saja ketika Pemerintah SBY atau
Partai Demokrat sedang terdesak, selalu ada “jalan keluar” untuk mengalihkan
perhatian publik. Yang paling sering dipakai adalah isu TERORISME, ormas
anarkhis, dan kerusuhan berbasis agama.
Tapi yang paling kasihan dari semua ini
ya…masyarakat Indonesia selama ini (dan tentu saja aktivis-aktivis Islam yang
sering “digunakan” oleh negara sebagai “jalan keluar”). Masyarakat terus
disuduhi kebohongan, penyesatan, skandal, konspirasi, pengkhianatan,
kezhaliman, dan seterusnya.
Yah, bagaimana hidup akan aman, tentram, dan
damai; kalau cara-cara licik seperti itu selalu dipakai? Mau hidup damai
dimana, Pak, Bu, Mas, dan Mbak? Anda hendak sembunyi di dasar inti bumi
sekalipun, kalau OTAK LICIK itu masih ada, nonsense akan ada kedamaian. Yang
ada hanyalah kemunafikan telanjang; mengaku anti kekerasan, padahal paling
terdepan dalam membela kezhaliman. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.
Ya Allah ya Rahman, selamatkanlah kaum
Mukminin, Mukminat, Muslimin, dan Muslimat; dimana pun mereka berada, khususnya
di negeri Nusantara ini. Amin Allahumma amin. Wa shallallah ‘ala Rasulillah
Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in. (AM. Waskito)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar