Waktu jumat yang lalu saya pergi ke Masjid di Perumahan untuk menunaikan shalat jum’at, sekitar 100 meter jauhnya dari rumah saya. Walaupun tidak biasa, namun hanya sekedar untuk mencari suasana yang baru saja maka saya pun mencoba untuk pergi kesana.
Tibalah saya di masjid itu, lumayan cukup besar sih dari pada masjid dekat rumah saya yang hanya ada sekitar 6 shaf saja. Saya pun shalat tahiyyatul masjid dua rakaat sebagaimana biasanya. Namun baru saja memulai takbirrotul ihram, saya dikejutkan dengan hilir mudiknya anak-nak kecil dihadapan saya. Bukan itu saja, ada juga terdengar suara anak kecil menangis. Saya pun menjadi tidak konsentrasi dengan shalat saya. Namun akhirnya, saya pun melanjutkan dengan mengakalinya sambil menutup mata sesekali untuk menjaga konsentrasi saya dalam shalat.
Sambil menunggu adzan tiba, saya pun melakukan shalat intidzar sebanyak dua rakaat. Namun tak disangka ada tiga orang anak kecil di depan shaf saya yang lagi-lagi mengganggu bacaan shalat saya, anak kecil itu dengan semangatnya mengobrol ngaler-ngidul tentang cerita yang ga tahu apa yang diceritakannya. Sambil sesekali saling main pukul-pukulan kearah kepalanya masing-masing anak itu. Saya pun sempat dongkol dengan ketiga anak itu. Sedangkan orang tua yang ada disebelahnya tidak berusaha mendiamkan, tetap sibuk berdzikir dengan tasbihnya. Dan akhirnya salat intidzar saya pun berkurang khusyuannya.
Mungkin sangat biasa orang membawa anak kecil kemasjid. Bahkan sangat bagus sekali untuk mendidik anak-anak untuk menyukai masjid dan berusaha mengenalkan salat sekaligus shalat jumat. Namun yang menjadi pertanyaan saya adalah ketika orang tua mereka terkadang mengacuhkan sikap anak-anak yang malah bermain di masjid. Begitu banyaknya anak-anak yang ada di masjid ini, mungkin kalau saya menghitungnya sekitar 30-an anak kecil. Cukup banyak untuk ukuran masjid 10x10 meter. Maka jadilah terdengar gaduh yang sangat menggangu jalannya Jum’atan kali ini.
Ketika khotib naik mimbar, maka suasana hening sesaat. Namun itu tidak berlangsung lama. Suara anak-anak kecil kembali menggumuruh didalam masjid. Namanya juga anak-anak yang tak pernah diam, selalu ada aja yang dikerjakannya. Lirikan dan cubitan para orang tua pun seakan-akan tak dilihat dan tak digubris oleh si anak-anak. Maka anak-anak kecil pun dibiarkan saling berbisik oleh para orang tua mungkin karena sudah lelah juga kali menasehati para anak kecil itu. Sambil mendengarkan khutbah jumat saya pun melihat keadaan masjid ini. Sunguh miris sekali dengan keadaan yang tidak terawat, langit-langitnya sudah pada bocor. Kemudian banyak tulisan-tulisan yang dibuat didinding oleh anak kecil. Coretan pun sangat beraneka ragam. Dari coretan dari pulpen, pensil warna dan spidol. Bahkan yang paling parah di pintu samping ada tulisan XTC dari pilox, XTC adalah salah satu Geng Motor terkenal yang ada di Bandung yang suka meresahkan warga sekarang-sekarang ini. Saya pun tidak habis pikir dengan adanya tulisan itu, ko bisa ada orang tulis-menulis dipintu masjid. Atau bisa jadi pintunya bekas rumah orang. Hehehe. Namun tidak mungkin untuk sebuah ukuran masjid di dalam perumahan. Yang notabene banyak donatur untuk menyumbang pembangunan masjid ini.
Dan tibalah untuk shalat jum’at. Dan keanehan pun terjadi saudara-saudara!. Ketika imam akan memimpin shalat, sang imam seperti berada di sisi tengah-tengah bukannya di depan shaf para jamaah. Karena semua jamaah masjid ini shalat dengan menyamping, sehingga ada terkesan dipaksakan. Tidak sesuai dengan arah masjid yang lurus kearah timur. Mungkin karena ada arahan baru-baru ini dari MUI setempat untuk mengubah arah kiblat, dengan sedikit menyamping beberapa derajat kearah utara. Maka jadilah shaf-shaf kita menyamping apa adanya. Sehingga dampaknya sang imam berada paling tengah dan bukannya di depan. Karena orang yang dishaf pertama yang berada ujung sebelah kanan, seperti berada sendiri paling depan menjadi imam. Pokoknya susah kalo dijelasin mah.hehe.
Setelah selidik punya selidik keberadaan masjid itu, saya pun akhirnya tahu mengapa suasana dan keadaan masjid itu tak terurus. Dan ada pembiaran dari DKMnya. Katanya masjid ini kalau sore suka dipakai anak kecil untuk mengaji. Dampaknya dinding masjid suka dijadikan anak-anak sebagai alas utuk mengekspresikan karyanya disela-sela saat mereka sedang mengaji. Maka jadilah pemandangan yang abstrak di dalam masjid. Bukannya kaligrafi tulisan arab, akan tetapi sebuah lukisan karya monumental hasil seorang anak-anak nakal yang iseng.wow begitu indahnya..haha.
Dan dikarenakan akan dibuat bangunan Masjid besar di sebelahnya, yang bisa menampung jamaah yang lebih banyak lagi. Mungkin perawatan masjidnya menjadi diabaikan serta tidak diperhatikan.
Saya pun cuma bengong aja dengan semua ini. Jadi bertanya-tanya dalam hati saya. Apakah pembangunan masjid yang baru memakan waktu yang relatif singkat. Sehingga tidak perlu dilakukan perawatan terhadap masjid yang lama. Bahkan melakukan pembiaran terhadap anak-anak kecil yang suka mencorat-coreti tembok. Bagaimana nanti, jika ada masjid baru sudah dibangun. Apakah akan dibiarkan juga terhadap anak-anak iseng itu!. Hanya DKM kayanya yang bisa menjawabnya, serta tugas kita juga untuk merawat masjid kita.
Masjid adalah tempat beribadah. Disanalah tempat orang berjamaah untuk melakukan shalat yang lima waktu. Masjid adalah tempat yang suci, yang seharusnya bersih. Tenang dan nyaman. Dengan begitu kita akan khusyu melakukan shalat kita.
Dari Anas ra. Bahwasannya Rasulullah Saw, bersabda: “ Sesungguhnya masjid-masjid itu tidak pantas ada air kencing atau sesuatu kotoran walaupun sedikit. Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk zikir kepada Allah ta’ala dan untuk membaca Al-Qur’an, atau menyampaikan apa yang sudah disabdakan oleh Rasulullah Saw. (HR. Muslim)
Oleh sebab itu, ada baiknya jika kita senantiasa menjaga kebersihan masjid di sekitar kita. Dengan begitu kita akan betah berlama-lama di dalam masjid. Selain itu, kita pun akan tenang dan khusyu ketika akan shalat.
_harrys_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar